KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM
KESUSASTRAAN
Ilmu
Budaya Dasar (IBD) adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu
semester, sebagai bagian dari MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik
ahti-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang tennasuk didalam pengetahuan
budaya ( The Humanities ), Akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha
mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran
serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.
Pada
waktu menggunakan karya sastra, misalnya. Mahasiswa tidak perlu mengetahui
sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra, dan sebaginya. Memang seperti
cabang-cabang the humanities lainnya, dalam Ilmu Budaya Dasar sastra tidak
diajatkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra disini digunakan sebagai
alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa
untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, musik, seni rupa, dan
sebagainya.
Proses Penciptaan Kesusastraan
Seorang
pengarang berhadapan dengan suatu kenyataan yang ditemukan dalam masyarakat
(realitas objektif). Realitas objektif itu dapat berbentuk peristiwa-peristiwa,
norma-norma (tata nilai), pandangan hidup dan lain-lain bentuk-bentuk realitas
objektif itu. Ia ingin memberontak dan memprotes. Sebelum pemberontakan
tersebut dilakukan (ditulis) ia telah memiliki suatu sikap terhadap realitas
objektif itu. Setelah ada suatu sikap maka ia mencoba mengangankan suatu
“realitas” baru sebagai pengganti realitas objektif yang sekarang ia tolak. Hal
inilah yang kemudian ia ungkapkan di dalam ciptasastra yang diciptakannya. Ia
mencoba mengutarakan sesuatu terhadap realitas objektif yang dia temukan. Ia ingin
berpesan melalui ciptasastranya kepada orang lain tentang suatu yang ia anggap
sebagai masalah manusia.
Ia berusaha merubah fakta-fakta yang faktual menjadi fakta-fakta yang imajinatif dan bahkan menjadi fakta-fakta yang artistik. Pesan-pesan justru disampaikan dalam nilai-nilai yang artistik tersebut. Ia tidak semata-mata pesan-pesan moral ataupun khotbah-khotbah tentang baik dan buruk akan tetapi menjadi pesan-pesan yang artistik. Pesan-pesan yang ditawarkan dalam keterpesonaan dan senandung.
Dalam kesusastraan Indonesia masalah itu dengan jelas dapat dilihat. Misalnya kenyataan-kenyataan yang ada sekitar tahun 20-an terutama dalam masyarakat Minangkabau ialah masalah : kawin paksa. Pengarang kita pada waktu itu punya suatu sikap dan tidak puas dengan realitas objektif itu. Sikap itu bersifat subjektif: bahwa ia tidak senang dan memprotes. Akan tetapi sikap itu juga bersifat intersubjektif karena sikap itu dirasakan pula sebagai aspirasi yang umum. Sikap-sikap subjektif dan intersubjektif itulah yang kemudian diungkapkan di dalam ciptasastra-cipta sasrta.
Ciptasatra-cipta sastra itu tidak saja lagi sebagai pernyataan dari sikap akan tetapi juga merupakan pernyataan dari ciri-ciri berhubung dengan realitas objektif tresebut. Diungkapkan dalam suatu transformasi (warna) yang artistik, sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) kesusastraan. Karena itu sebuah ciptasastra selain merupakan pernyataan hati nurani pengarangnya, ia juga merupakan pengungkapan hati nurani masyarakatnya. Di dalamnya terdapat sikap, visi (pandangan hidup), cita-cita dan konsepsi dari pengarangnya.
Pendekatan Kesusastraan Ia berusaha merubah fakta-fakta yang faktual menjadi fakta-fakta yang imajinatif dan bahkan menjadi fakta-fakta yang artistik. Pesan-pesan justru disampaikan dalam nilai-nilai yang artistik tersebut. Ia tidak semata-mata pesan-pesan moral ataupun khotbah-khotbah tentang baik dan buruk akan tetapi menjadi pesan-pesan yang artistik. Pesan-pesan yang ditawarkan dalam keterpesonaan dan senandung.
Dalam kesusastraan Indonesia masalah itu dengan jelas dapat dilihat. Misalnya kenyataan-kenyataan yang ada sekitar tahun 20-an terutama dalam masyarakat Minangkabau ialah masalah : kawin paksa. Pengarang kita pada waktu itu punya suatu sikap dan tidak puas dengan realitas objektif itu. Sikap itu bersifat subjektif: bahwa ia tidak senang dan memprotes. Akan tetapi sikap itu juga bersifat intersubjektif karena sikap itu dirasakan pula sebagai aspirasi yang umum. Sikap-sikap subjektif dan intersubjektif itulah yang kemudian diungkapkan di dalam ciptasastra-cipta sasrta.
Ciptasatra-cipta sastra itu tidak saja lagi sebagai pernyataan dari sikap akan tetapi juga merupakan pernyataan dari ciri-ciri berhubung dengan realitas objektif tresebut. Diungkapkan dalam suatu transformasi (warna) yang artistik, sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) kesusastraan. Karena itu sebuah ciptasastra selain merupakan pernyataan hati nurani pengarangnya, ia juga merupakan pengungkapan hati nurani masyarakatnya. Di dalamnya terdapat sikap, visi (pandangan hidup), cita-cita dan konsepsi dari pengarangnya.
Hampir di setiap jaman seni termasuk sastra memegang peranan yang
penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi
nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti
yang terdapat dalam filsafat atu agama. Karena seni adalah ekspresi yang
sifatnya tidak normative, seni lebih mudah berkomunikasi, karena tidak normatif
nilai-nilai yang di sampaikan lebih fleksibal baik isinya maupun cara
penyampainnya.
Orientasi the Humanities adalah ilmu : Dengan mempelajari satu sebagai
dari disiplin ilmu yang mencakup dalam the humanities, mahasiswa di harapkan
dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.
Disamping itu ada beberapa alasan mengapa sastra mempunyai peranan yang lebih penting hampir di setiap jaman.
Disamping itu ada beberapa alasan mengapa sastra mempunyai peranan yang lebih penting hampir di setiap jaman.
1. Sastra mempergunakan bahasa, dimana
bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hamper semua pernyataan kegiatan
manusia. Dalam usahanya untuk memahami diri sendiri, yang kemudian melahirkan
filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam
semesta, yang kemudian melahirkan ilmu engetahuan, manusia mempergunakan
bahassa. Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian
melahirkan ilmu-ilmu social, manusia mempergunakan bahasa. Ddengan demikian,
manusia dan bahasa pada hakekatnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra
untuk berkomunikasi.
2. Sastra lebih mudah berkomunikasi,
karena hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu
filsafat, yang juga mempergunakan bahasa adalah abstrak. Sifat abstrak inilah
yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
3. Sastra didukung oleh cerita. Dengan
cerita orang lebih mudah tertarik dan mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam
bentuk yang tidak normatif.Dalam hal ini, IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik
ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan
budaya (The Humanities). Namun semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan
kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan
kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.
Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan
dengan Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena
variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih
sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin
"prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa
biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa
dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta
berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa
lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi
budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa
pun.
Prosa lama meliputi
1. dongeng-dongeng
2. hikayat
3. sejarah
4. epos
5. cerita pelipur lara
Prosa baru meliputi
1. cerita pendek
2. hikayat
3. biografi
4. kisah
5. otobiografi
Nilai-Nilai dalam Prosa Fiksi
Nilai-nilai
yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang di
peroleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana
mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa/kejadian yang di kisahkan.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi
yang tidak terdapat di dalam ensiklopedia.
3. Prosa fiksi memberikan warisan
kultural
Prosa fiksi dapat menstimuli
imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari
warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseoarang dapat
menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu.
Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon
emosional/rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang di
sajikan ke dalam kehidupan sendiri.
Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan dengan Puisi
Pembahasan puisi dalam rangka pengajaran ilmu budaya dasar tidak akan
diarahkan pada tradisipendidikan dan pengajaran satra dan pengajaran sastra dan
apresiasinya yang murni. Puisi dipakaisebagai media sekaligus sebagai sumber
belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yangterdapat didalam ilmu
budaya dasar.
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan
kesenian meruapakan unsuredari kebudayaan. Jika diberi batasan, maka puisi
adalah batasan, maka puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair
mengenai kehidupan manusia, alam, dan tuhan melalui media bahasa yang
artistic/ekstetik,yang secara padu dan utuh dipadatkan dengan
kata-katanya.Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan
oleh kreativitas penyair dalam
1. Figura bahasa (figurative language)
seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori,dan sebagainya
sehingga puisi menjadi segar, hidup,menarik dan member kejelasan gambaranangan.
2. Kata-kata yang ambiguitas yaitu
kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3. Kata-kata berjiwa, yaitu kata-kata
yang telah diberi suasana tertentu, berisi perasaan danpengalaman jiwa penyair
sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata yang konotatif
yaitu kata-lata yang telah diberi tambahan nilai rasa dan asosiasi– asosiasi
tertentu.
5. Pengulangan yang berfungsi untuk
mengintefsikan hal-hal yang di lukiskan, sehingga lebihmenggugah hati.Dibalik
kata-kata yang padat, ekonomis dan sukar di cerna maknanya itu, puisi berisi
potretkehidupan manusia. Puisi menyuguhkan kepada kita suasana-suasana
dan peristiwa-peristiwa kehidupanmanusia dan juga dalam kaitan
kehidupannya dengan alam dan tuhan. Ia merupakan hasil penghayatandan
pengalaman penyair terhadap kehidupan manusia, terhadap alam dan tuhan yang
diekspresikannyamelalui bahasa yang artistic.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar